Blogger Template

Home » » LA TASKUT [PUSTAKA NUUN]

LA TASKUT [PUSTAKA NUUN]

Penulis:
Misbah Khoiruddin Zuhri
Muhammad Shobirin Suhail

Desain Isi:
Noerhisyam

Desain Cover: 
Hilya AR.





Berbahasa adalah berproses. Berproses lebih penting dari sekedar proses. Proses dalam bahasa adalah tahapan dan tingkatan yang harus ditahapi secara periodik. Mulai dari tingkatan ibtidâ’iy, mutawassith hingga mutaqaddim. Ketika berbahasa dipahami sebagai sebuah laku melewati tahapan saja tanpa ikut berproses di dalamnya, maka proses tersebut akan bermakna sebagai proses bahasa, belum ber¬proses berbahasa. Karena berproses berbahasa membutuhkan kerja aktif untuk mengoptimalkan diri, tidak hanya mengikuti alur belajar bahasa. 
Dalam tahapan belajar bahasa, seorang anak kecil memiliki cerita yang menarik untuk kita pelajari. Seringkali, dalam acara motivasi berbahasa, pembicara mengambil contoh tentang anak kecil asal Arab yang mampu fasih berbahasa Arab, mengapa kita tidak? Sebenarnya tidak cukup relevan untuk membandingkan mereka dengan kita, karena beberapa perbedaan yang mendasar, meliputi lingkungan maupun kultur. Namun, menurut hemat kami, ada pesan yang lebih penting untuk kita tangkap. Yakni, pentingnya berproses, tidak hanya hanyut dalam proses.
Ada beberapa hal yang menarik terkait dengan sosok anak kecil yang fasih berbicara bahasa Arab. Diantaranya, antusias, keuletan, dan pendamping. 
Pertama, antusias berbahasa. Anak kecil cenderung memiliki antusias yang tinggi. Rasa ingin tahu menjadi motivator. Sebelum mengetahui apa yang ingin diketahui, proses pencarian tiada henti. Dalam tahapan awal berbicara, anak kecil selalu meniru apa yang ia dengar, kemudian mempraktekkannya. Mulanya, terbata-bata, dengan terus diulang-ulang, tak ayal semakin lancar. Antusias lebih kuat dari pada niat, ia lahir atas kesadaran yang tulus, dibangun dengan komitmen, difungsikan dengan semangat, diorientasikan untuk men¬capai hasil. Spirit “antusias” itulah yang perlu diterapkan dalam berbahasa Arab. Seperti anak kecil yang belum kenal bahasa tadi, kita sebagai orang ‘ajam (Li ghairin-nâthiqina bil-Arabiyyah) sudah se¬harus¬nya memiliki antusias yang tinggi untuk berbahasa. Antusias ber¬bahasa dimaksudkan mengoptimalkan diri dalam kegiatan berbahasa.
Kedua, keuletan. Terus-menerus melatih berbahasa. Selalu men¬coba; mengeja, membaca, berkata, dan seterusnya. Salah, bukan ber¬arti akhir untuk mencoba. Justru dengan kesalahan menjadi bahan evaluasi guna memperbaiki lebih baik. 
Ketiga, pendampingan dan bimbingan. Peran penting pendamping dan pembina sangat signifikan dalam kesuksesan berbahasa. Pen¬dampingan bukan berarti sebagai pengawas, jasus, tapi sebagai “sahabat berbahasa”. Ketika pendamping berfungsi sebagai sahabat berbahasa, maka antusias berbahasa semakin meningkat. Berbeda, ketika pendamping berfungsi sebagai pengawas, yang timbul adalah perasaan takut dan khawatir yang berlebihan. Sehingga tujuan ber¬bahasa tidak lagi berbasis antusias, tapi kekhawatiran.
Pendampingan berbahasa semakin berarti bagi kami atas hadirnya banyak pihak yang turut membantu kami dalam berproses berbahasa, termasuk berproses menyelesaikan buku ini. Dalam hal ini, terima¬kasih tak terkira, kami haturkan kepada Bapak dan Ibu, H. Amin Rochman-Hj. Syamsiyati dan H. Ahmad Sahal- Hj. Juwariyah, yang selalu memberikan yang terbaik kepada kami; pendidikan, moralitas dan kedisiplinan. Untuk Kak Ali, Kak Kamal, Mas Wawan, Mbak Nila, Mbak Tia, Dek Aan, Dek Novi, Dek Fahmi, Dek Siroj, Dek Yafi’, dan Dek Ima yang selalu memotivasi kami untuk menyelesaikan buku ini. Khususnya, Mas Ahmad Sugeng Utomo yang telah mem¬berikan perhatian dan bantuannya dalam penerbitan buku ini.
Kepada Pak Yai Khumaidi yang melatih mengeja kata. Pak H. Ali Musyaffa’, Pak Edi, Pak Mustahiq, atas keteladanannya untuk terus berproses. Kagem KH. Ahmadi Abdul Fattah, KH. Mc. Ulil Albab Arwani, KH. Syafiq Nashan, Lc., KH. Amin Yasin, yang senantiasa men¬dedikasi¬kan waktu dan ilmunya. Serta KH. Musthofa Imron, BA., atas motivasi, “dengan bahasa, dunia dalam genggamanmu”. Wabilkhusus, Ust. H. Nur Khamim, Lc. Dpl., Ust. H. Himam Awwaly, Lc., atas seluruh inspirasi dan pengalaman, wa lakum minni jazîlusy-syukr. 
Dumateng Poro Romo Kyai; KH. Humam Suyuthi, M.H.I., KH. Najib Suyuthi, M.Ag., KH. Faruq Suyuthi, KH. Abdul Jalil, KH. Ilyas Nawawi, K. Ahmad Hasyim, KH. Akhyar Royyan, K. Abdul Muiz, K. Moh. Hamdan Rois, dan K. Ruhani Mustofa, yang senantiasa mem¬berikan teladan, inspirasi dan motivasinya dalam mencapai “man jadda wajad”. Fa jazakumullah khairal-jazâ’.
Kepada asâtidzina; Drs. H. Adib Sutaryadi, H. Suhadi, Lc., H. Abdul Mufid, Lc., H. M. Anshori Munawwar, Lc., H. M. Anshori Ali, Lc., H. M. Zubaidi, Lc., Drs. Misbahul Munir, Fuadi Abdul Jabar, S.Ag., Nabhan Ulin Nuha, S.Ag., yang telah banyak memberikan motivasi dan bimbingannya dalam berbahasa.
Wa bil-khusus, kepada KH. Ahmad Warson Munawwir dan Prof. Dr. Anik Ghufran atas bimbingan dan kesediaannya memberi kata pengantar buku ini. KH. Zaim Ahmad Maksum atas apresiasi dan dukungannya kepada kami untuk terus berkarya guna memperkaya khazanah dunia pesantren khususnya, dan Islam pada umumnya. Juga kepada, Bapak Sulaiman al-Kumayi, MA. yang selalu menginspirasi kami dalam berkarya. Mas Athoillah atas saran dan spirit inovasi bahasa yang membuat kami selalu terpacu. 
Juga kepada Pak Ali Rosyad, Lc. atas antusiasnya mendampingi proses editing. Syeikh Hamada, Syeikh Misrot, Syeikh Yusuf, Syeikh ‘Adhil (para sahabat dari Al-Azhar, Kairo, Mesir) atas waktunya memberi informasi dan pengetahuan tentang budaya dan lahjah ‘Amiyah. 
Dr. Abdul Muhayya, MA., Dr. Yusuf Suyono, M.Ag., Abu Hafsin, MA, Ph.D., Dr. Hasan Asyari Ulama’i, M.Ag., Ma’mun Efendi, Phd., KH. Abdul Karim As-Salawy, M.Ag, Ahmad Maghfurin, M.Ag., dan Ahmad Furqon, MA. atas bimbingan dan dedikasinya berbahasanya.
Para sahabat di Pusat Bahasa dan Budaya (PBB) Semarang; H. Imam Taufiq, M.Ag., Alis Asikin, M.Ag., Afnan Anshori, MA., Nuna Wijatanti, MA., Emy, S.Ag., Fakhrudin Aziz, Lc. Dpl. dan Agus Muthohar, S.Pdi atas semangat membumikan bahasa di Semarang. 
Teman IKSAB (Ikatan Abiturien Madrasah TBS, Kudus) dan IKAMARU (Ikatan Alumni Madrasah Raudhatul Ulum, Guyangan, Pati) khususnya cabang Semarang dan Mesir, sahabat-sahabatku di Jami’ah al-Ahqaf, Ma’had Habib Umar dan Ribth asy-Syathiri di Yaman, teman di Ponpes Darul Lughah wa Da’wah Bangil, yang senantiasa berbagi wawasan. 
Tak lupa pula teman-teman pejuang bahasa di Nafilah, WEC, PBA, TBI, LSB IAIN Walisongo, Al-Izzah STAIN Kudus, Komarun UNNES. Terus berinovasi berbahasa tanpa henti, terus berjuang. Juga, keluarga besar FUPK IAIN Walisongo Semarang, selalu mengharmoni, mengakademia. 
Kami menyadari sepenuhnya bahwa buku ini masih jauh dari kesempurnaan, masih terdapat berbagai kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik, saran, dan nasihat dalam upaya perbaikan pada penerbitan berikutnya. Karena berproses dalam berbahasa Arab pun membutuhkan partisipasi banyak pihak. Alfu mabruk!


Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar