Blogger Template

Home » » GAIRAH MALAM ORANG-ORANG SHALIH [pustaka NUUN]

GAIRAH MALAM ORANG-ORANG SHALIH [pustaka NUUN]


Judul: Gairah MalamOrang-orang Shaleh

Penulis: Ahmad Mushthafa Qasim ath-Thahthawi

Alih Bahasa: Achmad Sunarto

Editing & Tata Letak: Norhisyam

Desain Cover: Abu Fadhel

Tebal buku: 220 + xii; 14 x 21




Buku kami yang berjudul Lailush Shalihin wa Qashashul ‘Abidin ini sengaja kami suguhkan kepada para pembaca yang budiman dalam rangka menyertai perjalanan rabbani yang dilakukan oleh para hamba Allah yang diberi kesempatan untuk menaati dan mencintai-Nya. Kecintaan kepada Allah yang ada di hati mereka sangat besar, sehingga mereka cepat-cepat mendatangi Allah di dalam kegelapan malam dengan rukuk dan sujud di hadapan-Nya. Maka Allah swt. memberi mereka perasaan cinta kepada Allah, mengangkat derajat mereka ke posisi yang terdekat dengan-Nya, karena keikhlasan mereka dalam shalat Tahajud mereka. Mereka diposisikan di posisi ahli mahabbah dan ma’rifat. Mereka diberi kesabaran untuk mengabdi kepada-Nya, diberi kecintaan untuk mendekat kepada-Nya, diberi busana kecintaan yang indah dan mahkota kemuliaan yang anggun, sehingga hati mereka selalu hadir di hadapan Allah dan mereka sibuk dalam sembahyang mereka di malam hari ketika para hamba Allah yang lain sedang tidur dan lalai, sehingga mereka mendapat ridha-Nya.

Tujuan mereka hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah di saat yang paling berharga ketika Allah menurunkan rahmat-Nya, me¬ngabulkan permohonan semua hamba-Nya dan melipatganda¬kan pahala orang-orang yang bertahajud pada saat itu. Saat yang paling berharga itu telah digambarkan oleh Nabi saw. dalam sabdanya:
اِنَّ مِنَ اللَّيْلِ سَاعَةٌ لاَ يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللهَ خَيْرًا مِنْ أَمْرِ الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ اِلاَّ أَعْطَاهُ، وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ. 
“Sesungguhnya Allah mempunyai waktu di malam hari yang tidak seorang hamba muslim yang berdoa kepada Allah memohon kebaikan dunia dan akhirat, melainkan Allah akan mengabulkannya dan saat itu terjadi pada setiap malam.” (Muslim: 757; Ahmad: 3/313 dan Ibnu Hibban: 2561)

Karena keyakinannya yang kokoh, maka mereka mengisi waktu-waktu malam mereka dengan shalat dan berdoa karena Allah. Mereka dipanggil Allah di dalam kegelapan malam untuk mendekat kepada-Nya dan mereka memenuhi panggilan-Nya. Mereka me¬ninggal¬kan tempat pembaringan mereka dan menjadikan malam se¬bagai tunggangan mereka menuju Allah. Bersujud kepada Allah di akhir malam menjadi idola mereka dan beribadah di malam hari menjadi kebiasaan mereka, sampai Allah memasukkan mereka dalam golongan orang-orang yang taat kepada-Nya. Allah menggambar¬kan kebiasaan mereka dalam firman-Nya:

كَانُوْا قَلِيْلاً مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُوْنَ. وَبِاْلأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ.
“Di malam hari mereka tidak banyak tidur. Di waktu sahur mereka memohon ampun.” (QS. Adz-Dzariyat [51]: 17-18)

Mereka adalah orang-orang yang mendekati akhirat dan men¬jauhi dunia. Allah mencintai mereka, sehingga mereka rela me¬ninggal¬kan tempat pembaringan mereka untuk beribadah di malam hari. 

Andai kata saudaraku muslim mendengar bacaan Al-Qur’an mereka dan merasakan kerinduan mereka kepada Tuhannya, seperti yang disebutkan Allah dalam firman-Nya:
 أُمَّةٌ قَائِمَةٌ يَتْلُوْنَ آيَاتِ اللهِ آَنَاءَ اللَّيْلِ وَهُمْ يَسْجُدُوْنَ.
“Orang-orang yang menegakkan agama Allah, mereka suka membaca ayat-ayat Allah di malam hari ketika mereka sedang bersujud (sembahyang malam).” (QS. Ali Imran [3]: 113)
Dan andai kata engkau menyaksikan ketika mereka sedang me¬mohon ampun dan berdoa sambil meneteskan air mata, pasti hati¬mu akan tergugah untuk meninggalkan kesenangan hidup dan kelalaianmu. 
Maha Suci Allah yang menyampaikan mereka ke tingkatan para siddiq dan orang-orang yang ikhlas dalam ibadah mereka demi untuk mendapatkan ridha-Nya, sehingga mereka rela melupakan ke¬senangan hidup setelah merasakan manisnya beribadah di malam hari. 
Alangkah senangnya hati mereka ketika malam telah datang, ketika suara makhluk telah sirna dan ketika mereka tenggelam dalam rukuk dan sujud di hadapan Tuhan mereka. Semua itu mereka lakukan karena berharap pahala dan ridha Allah. Dan mereka men¬dapat harapan mereka. Seorang penyair dari mereka men¬ceritakan keadaan mereka di malam hari:
وَاذْرِ الدُّمُوْعَ عَلَى الْخُدُوْدِ سِجَامَا 2 اِمْنَعْ جُفُوْنَكَ أَنْ تَذُوْقَ مَنَامَا
يَا مَنْ عَلَى سَخَطِ الْجَلِيْلِ اَقَامَا 2 وَاعْلَمْ بِاَنَّكَ مِيِّتٌ وَمُحَاسَبٌ
فَرَضِيَ بِهِمْ وَاخْتَصَّهُمْ خُدَّامَا 2 لِلَّهِ قَوْمٌ اَخْلَصُوْا فِى حُبِّهِ
بَاتُوْا هُنَالِكَ سُجَّدًا وَقِيَامًا 2 قَوْمٌ اِذَا جَنَّ الضَّلاَمُ عَلَيْهِمُ
لاَ يَعْرِفُوْنَ سِوَى الْحَلاَلَ طَعَامَا 2 خُمُصُ البُطُوْنِ من التَّعَفُّفِ ضُمْرًا
“Cegahlah kelopak matamu menikmati manisnya tidur, biarkan air mata menetes sebanyak-banyaknya di pipi.
Ketahuilah bahwa engkau akan mati dan akan diperhitungkan wahai manusia yang selalu berada dalam kemurkaan Allah.

Demi Allah, ada sejumlah orang yang ikhlas dalam cintanya kepada Allah, sehingga Allah meridhai mereka dan menjadikan mereka sebagai para pengabdi kepada-Nya.

Mereka adalah orang-orang yang jika malam hari telah tiba kepada mereka, maka pada waktu itu mereka mengisinya dengan sujud dan berdiri dalam shalat mereka.
Perut mereka kosong dan kempis, karena mereka tidak pernah makan kecuali makanan yang dihalalkan.”
Seorang penyair lain mensifati keadaan mereka di malam hari:
كَاَنَّهُمْ دُوْنَنَا بِاْلأَمْرِ قَدْ قَصَدُوْا 2 كَمْ ذَا الرُّقَادِ وَأَهْلُ الْجَدِّ مَا رَقَدُوْا
ومَا عَمِلْتَ مِنْ عَمَلٍ ذَاكَ الَّذِِيْ تَجِدُ 2 قَامُوْا ونِمْتَ وَجَدُّوْا اِذَا هَزِلْتَ
فَفِى الْقُبُوْرِ اِذَا مَا جِئْتَهَا مُهُدُ 2 اُهْجُرْ مِهَادَكَ لاَ تُلْمِمْ بِسَاحَتِهِ
مِنَ الْحَرِيْرِ وَاِلاَّ جُمْرَةً تَقِدُ 2 مَا شِئْتَ اِنْ شِئْتَهَا مُهُدًا مُلَيَّنَةً
لَيِّنُ الْفِرَاشِ وَلاَ اْلأَوَانِسُ الْخُرُدُ 2 لِلَّهِ دَرُّ رِجَالٍ لَمْ يَمِلْ بِهِمْ
وَدَمْعَةٌ فِى الْعَيْنِ تَطَرَّدُ 2 قَامُوْا وَنَارُ اْلأَسَى فِى الْقَلْبِ تَتَّقِدُ
وَاسْتَثْفَعُوْا لِعَظِيْمِ الْفَظْلِ اِذْ قَصَدُوْا 2 بَثُّوْا حَدِيْثَهُمُ وْطُوْلَ شَجْوِهِمُ
وَفِى قُبُوْرِهِمْ يَا طِيْبَ مَا وَجَدُوْا 2 تَنَعَّمُوْا فِى الدُّجَى بِقُرْبِ رَبِّهِمْ
وَخَلَّفُوْكَ اِلَى الْوَرَدِ الَّذِيْ وَرَدُوْا 2 جَاتزُوْا عَلَيْكَ وَاَنْتَ رَقِيْدٌ فَمَضَوْا
مَا كَانَ أَوْلىَ بِتِلْكَ الْمُقْلَةِ الرَّمَدُ 2 يَا رَاقِدًا وَرِجَالُ اللهِ سَاهِرَةً
“Berapa banyak orang yang tidur, sedangkan orang yang bersungguh-sungguh tidak pernah tidur, seolah-olah mereka berharap sesuatu yang berlainan dengan harapan kami.
Mereka beribadah di malam hari ketika engkau tidur dan mereka bersungguh-sungguh ketika engkau bermalas-malasan dan engkau tidak pernah melakukan seperti yang mereka lakukan.
Karena itu, tinggalkan tempat pembaringanmu, jangan engkau pernah berada di serambinya, karena engkau sudah disiapkan tempat pembaringan di dalam kubur jika engkau tidak membawa tempat pembaringanmu ke sana.
Di sana engkau dapat memilih tempat pembaringan yang empuk dan lembut yang terbuat dari kain sutera atau dari bara api yang berkobar.
Demi Allah, ada sejumlah orang yang tidak menyenangi empuknya tempat pembaringan dan kecantikan para gadis yang menawan.

Mereka beribadah di malam hari, sedangkan api kekhawatiran mereka berkobar di hati mereka dan mata mereka selalu mencucurkan air mata.

Sebarkan kisah mereka dan panjangnya pengaduan mereka kepada Allah. Mohonlah syafaat mereka jika engkau menginginkannya, karena keutamaan mereka ada di sisi Allah.
Mereka menikmati kegelapan malam dengan bertakarub kepada Tuhan mereka dan di dalam kubur kelak, mereka akan mendapati kesenangan yang luar biasa.
Mereka melewatimu ketika engkau sedang tidur dan mereka mendahuluimu di belakang ke tempat yang telah mereka datangi.
Wahai orang yang tidur, sesungguhnya engkau tidak pantas memejamkan matamu ketika para wali Allah sedang tidak tidur.”

Sungguh amat indah ucapan seorang tokoh tabi’in, seorang ahli tahajud ketika ia berkata: 

بَلَغَنِى اَنَّ اللهَ تَعَالَى يَنْزِلُ كُلَّ لَيْلَةٍ اِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِيْنَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ اْلآخِيْرِ فَيَقُوْلُ: كَذَبَ مَنِ ادَّعَى مَحَبَّتِى، فَاِذَا جَنَّهُ اللَّيْلُ – سَتَرَهُ – نَامَ عَنِّى. اَلَيْسَ كُلُّ مُحِبٍّ يُحِبُّ الخَلْوَةَ مَعَ حَبِيْبِهِ، فَهَا اَنَا مُطَّلِعٌ علَى اَحْبَابِى اِذَا هَجَمَ اللَّيْلُ، مَثُلَتْ نَفْسِى بَيْنَ اَعْيُنِهِمْ فَخَاطَبُوْنِى عَلَى الْمُشَاهَدَةِ وَكَلَّمُوْنِى عَلَى الْحُضُوْرِ وَغَدًا اُقِرُّ اَعْيُنَ اَحِبَّائِى فِى جَنَّتِى.
“Aku diberitahu bahwa Allah Yang Maha Mulia turun setiap malam ke langit dunia ketika malam tinggal sepertiga akhir seraya berfirman: “Sungguh amat berdusta seorang yang mengaku cinta kepada-Ku, tetapi jika malam hari tiba, maka ia tertidur dari Aku. Bukankah setiap kekasih senang berkhalwat dengan kekasihnya. Aku selalu memandang para kekasihku di malam hari. Aku menghadirkan diri-Ku di depan mereka, sehingga mereka dapat berdialog dengan-Ku secara langsung. Dan kelak akan Aku senangkan pandangan mata para kekasih-Ku di dalam surga-Ku.”

Saudaraku muslim! Dengan memohon pertolongan kepada Allah, kami susun buku ini untukmu. Di dalamnya kami terangkan berbagai masalah tentang beribadah di tengah malam, termasuk tata kramanya, keutamaannya, petunjuk Nabi saw., para sahabat, para tabi’in dan para ulama setelah mereka, agar dapat dijadikan contoh yang baik bagi para pembaca buku ini demi untuk menghidupkan ibadah di tengah malam. 

Beribadah di tengah malam merupakan masalah yang penting, meskipun jarang yang melakukannya, kecuali hanya di bulan Ramadhan. Mungkin juga ibadah di tengah malam dilakukan oleh sebagian orang secara kebiasaan, tetapi mereka tidak mengerti keutamaan dan tata kramanya. 

Karena itu, kami anggap perlu menyuguhkan contoh ibadah di tengah malam yang dilakukan kaum salaf shaleh. Karena mereka melakukannya dengan tawajuh, khusyuk, khudhu’, sungguh-sungguh, pasrah dan berharap ridha Allah swt. Mereka merasakan ke¬agungan, kelembutan, kecintaan dan kedekatan kepada Allah, sehingga hati mereka mencintai Allah, lidah mereka memuji, memohon dan ber¬dzikir kepada-Nya. Semalam suntuk mereka tenggelam dalam doa, berdzikir dan mereka tidak pernah merasa bosan dalam ibadah, karena menikmati kelezatan berdialog dengan Allah. 

Beribadah di tengah malam dapat mengokohkan hati dan mem¬¬¬biasakan kesabaran dan ketahanan jiwa. Karena itu, Allah mewajibkan¬¬nya kepada Nabi saw. dan orang-orang yang beriman di awal era perkembangan agama ini, sampai Nabi saw. berhasil mem¬bina satu generasi yang gemar beribadah di tengah malam yang mampu membawa dan menegakkan panji-panji Islam generasi demi generasi hingga kini. Mereka tersebar di seluruh pelosok bumi tanpa rasa takut kepada siapapun selain kepada Allah. 

Dari buku ini kalian akan mengetahui ibadah di tengah malam yang biasa dilakukan oleh tokoh mujahid Islam, Sultan Nuruddin Mahmud dan Salahuddin al-Ayyubi, karena kebiasaan itu merupakan syiar umat Islam dari dulu hingga kini, sampai pun ketika mereka dalam keadaan yang paling sulit di medan peperangan.
Kini, setelah umat ini meninggalkannya karena mencintai dunia dan tidak gemar beribadah, maka keadaan umat Islam sangat mem¬prihatinkan, seperti yang diberitahukan oleh Nabi saw. dalam sabdanya:
اِنَّ اللهَ يَبْغَضُ كُلَّ جَعْظَرِيٍّ جَوَّاظٍ، سَخَّابٍ بِاْلأَسْوَاقِ، جِيْفَةٍ بِاللَّيْلِ، حِمَارٍ بِالنَّهَارِ، عَالِمٍ بِأَمْرِ الدُّنْيَا، جَاهِلٍ بِأَمْرِ اْلآخِرَةِ.
“Sesungguhnya Allah benci kepada setiap orang yang bersikap kasar, yang loba dan pelit, yang suka berteriak di pasar-pasar, yang menjadi bangkai di malam hari, yang menjadi keledai di siang hari, yang hanya mengetahui masalah dunia saja dan tidak mengetahui masalah akhirat sedikitpun.” (Ibnu Hibban: 4/142; Maqayisil Lughati: 1/49 dan An-Nihayah: 1/316; hadits shahih)

Ketika sifat-sifat buruk itu dimiliki umat Islam, maka Allah men¬¬jadikan musuh menguasai diri mereka, merampas kekayaan negeri mereka, menghina mereka, sehingga terjadilah kemiskinan dan ke¬sulitan di berbagai negara Islam. Nampaknya kejadian yang mem¬prihatinkan itu termasuk salah satu siksa Allah bagi umat Islam yang lupa kepada Tuhannya dan sunnah Nabinya. Keadaan mereka seperti yang dikatakan oleh Al-Hasan al-Bashri:

تَفَقَّدُوْا الْحَلاَوَةَ فِى ثَلاَثٍ: اَلْقِيَامُ، وَالْقُرْآنُ، وَالدُّعَاءُ، فَاِنْ وَجَدْتُمُوْهَا فَأَمْسِكُوْا عَلَيْهَا وَاحْمَدُوْا اللهَ عَلَى ذَلِكَ، وَاِنْ لَمْ تَجِدُوْهَا فَاعْلَمُوْا اَنَّ أَبْوَابَ الْخَيْرِ عَلَيْكُمْ مُغْلَقَةٌ، فَعَالِجُوْا قَتْحَهَا.
“Carilah kelezatan bermunajat kepada Allah dalam tiga perkara: Beribadah di malam hari, membaca Al-Qur’an dan berdoa. Jika kalian menemukannya, maka peganglah baik-baik dan bersyukurlah kepada Allah atas karunia itu. Tetapi jika kalian tidak menemukannya, maka ketahuilah bahwa pintu-pintu kebaikan bagi kalian terkunci. Karena itu, usahakan membukanya.” (Al-Baihaqi: 5/447)

Buku ini, kami bagi dalam dua belas pembahasan: 

Pertama : Beribadah di tengah malam menurut Al-Qur’an, As-Sunnah dan kaum salaf.
Kedua : Sebab-sebab yang memudahkan beribadah di tengah malam.
Ketiga : Petunjuk Nabi saw. tentang beribadah di tengah malam.
Keempat : Kebiasaan para sahabat beribadah di tengah malam.
Kelima : Kebiasaan kaum tabi’in beribadah di tengah malam.
Keenam : Kebiasaan para ahli fikih, para zahid dan para penguasa Islam beribadah di tengah malam.
Ketujuh : Kebiasaan para wanita shalehah beribadah di tengah malam.
Kedelapan : Berbagai kisah dari para ahli ibadah di tengah malam.
Kesembilan : Mimpi-mimpi para ahli ibadah di tengah malam.
Kesepuluh : Munajat para ahli ibadah di tengah malam.
Kesebelas : Ibadah malam hari yang dilakukan oleh Nabi saw. dan para sahabat di malam bulan Ramadhan.
Kedua belas : Jumlah rakaat shalat Tarawih.
Sebagai penutup, kami berharap kepada Allah swt. semoga Allah mengobati kerusakan hati kami, menggalakkan hati kami untuk beribadah di tengah malam dan menjaganya baik-baik. Sesungguh¬nya hanya Allah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada junjungan kami dan bagi segenap keluarga, sahabat dan umat Nabi saw. sepanjang masa.
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar